Remaja ideal itu setidaknya sudah paham betul tujuan hidupnya. Dia tahu darimana ia datang, untuk apa dia menjadi seorang remaja di dunia ini dan akan kemana selanjutnya. Dalam kamus seorang remaja ideal, tidak ada lagi sifat kekanak-kanakan tuk berbuat sesukanya. Tak ada pula slogan ''SEMAU GUE'' dalam hidupnya, juga tidak berprinsip ''SUKA-SUKA GUE'', '' TERSERAH GUE'' atau semacamnya. Seorang remaja ideal akan senantiasa bertindak hati-hati. THINK FIRST DON’T BE HASTY.
Untuk menata diri sebagai pelajar ideal, sekolah bisa menjadi wahan yang sangat cocok dalam melakukan proses tersebut. Tapi, begitu kompleksnya problematika masa remaja, paradigma akan berubah secara sinkron dengan pola hidup lingkungan yang akhirnya terealisasi lewat perlakuan nyata. Kita perlu memahami lingkungannya (dalam hal ini sekolah) yang secara teknis dapat dilakukan dengan berperan aktif di organisasi-organisasi pelajar.
Teman menempati urutan pertama atau faktor terbesar yang mempengaruhi kehidupan kita, remaja. Karena seringnya bergaul dan berkomunikasi antar sesama teman, maka tercipta satu bentuk solidaritas yang sangat tinggi. Dengan situasi seperti ini, maka tidak heran jika banyak remaja yang mengikuti segala hal agar terjadi kesinkronan dengan teman-teman, suka atau tidak, positif atau negatif. Padahal, peran remaja yang terpenting di sini bukanlah memilih teman, akan tetapi menempatkan eksistensinya sebagai teman yang benar-benar teman.
Artinya, dapat menemani temannya dalam waktu yang dibutuhkan. Ketika ada beberapa pelajar yang sering terlambat, maka pada dasarnya pelajar tersebut membutuhkan teman yang dapat mengatasi keterlambatannya. Sehingga jelas, peran remaja dalam hal ini bukan malah menambah kebutuhan temannya dengan ikut terlambat, akan tetapi memberinya solusi dengan berbagai cara untuk mengatasi keterlambatannya.
""""""""""""Remaja Ideal ?""""


0 comments:
Posting Komentar